Monday, January 15, 2018

Rain and Memories

12 Januari.

Hujan turun dengan lebat. Petir menyambar bumi dengan ganas. Suasana yang menghapus kesunyian itu justru membuat gadis bernama Aoi tenang menatap dunia melalui jendela kamarnya. Pikiran Aoi berkelana mencari ingatan yang pernah singgah di kepalanya. Berusaha untuk mempertahankannya dari kekejaman penyakitnya. Lalu ia pun mengingat sesuatu.

.
.
.
Aoi adalah gadis yang hobi merusak imejnya sendiri demi menemukan teman yang berani kurang ajar di depannya. Tentu saja itu membuatnya dibenci oleh teman sekelasnya sejak masuk SMA. Kecuali cewe itu. Cewe unik bernama Tisya. Sebenarnya mata Aoi itu istimewa. Ia memiliki kemampuan melihat aura seseorang. Dan dia melihat Tisya memiliki minimal tiga aura dalam satu waktu. Hal unik karena biasanya seseorang hanya ada satu aura dalam satu waktu.

Walaupun Tisya awalnya menganggap Aoi itu menyeramkan —yang merupakan hal wajar karena untuk menghancurkan imejnya Aoi punya sifat galak— Tisya menjadi satu - satunya sahabat bagi Aoi di SMA. Waktu yang mereka alami saat kelas 10 sangatlah berharga. Namun, itu tidak bertahan tahun ajaran selanjutnya. Tisya sibuk dengan kegiatannya di luar sekolah dan masalah pribadinya.

Meskipun begitu, Aoi menemukan sosok sahabat lama dan sahabat baru. Kakak kelas bernama Tara dan Roufi. Meskipun mereka sudah taun terakhir di SMA yang artinya mereka bakal dipenuhi jadwal ujian, tapi mereka punya waktu senggang yang lumayan banyak.

Aoi yang jarang menghabiskan waktu dengan teman sekelasnya sering mampir ke kelas Tara dan Roufi yang cukup jauh. Kalo gak minat buat melakukan sedikit perjuangan, Aoi memanfaatkan wifi sekolah untuk freecall Tara. Dan tentu saja, kadang Roufi ikutan risuh. Kalo mereka tidak ada kesibukan yang berarti —males pulang maksudnya— ketiganya menonton film dengan LCD sekolah. Sampai diusir satpam karena gerbang sekolah akan ditutup.
.
.
.
Suara gemuruh yang keras menyadarkan Aoi yang sedang melamun. Setelah menenangkan jantung yang emosi mendengarkan gemuruh tadi, senyum Aoi mengembang. Upayanya mencari ingatan berharga tidaklah sia - sia. Meski ada beberapa kenangan buruk seperti merasa dirinya sebuah kutukan, masih banyak keindahan dalam kenangannya.
Kini, Aoi melihat apa yang ditemukan dari kata sekarang. Tisya meski sibuk tetap menjadi sahabatnya. Tara dan Roufi yang sudah lulus tetap menjaga komunikasi dengannya.
Pandangan Aoi beralih dari hujan ke buku di kasurnya. Senyumnya kembali mengembang namun lebih indah dari sebelumnya. Otaknya memikirkan rencana untuk memecahkan misteri dari kata esok.
.
.
-END-
*Mohon maaf jika ada kemiripan tokoh. Cerita diatas hanya berdasarkan pengalaman pribadi dan khayalan semata*

No comments:

Post a Comment